Susu Formula Tanpa Bakteri Sakazakii

Kalangan masyarakat resah atas temuan hasil penelitian awal oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya dugaan sebagian susu formula tercemar oleh bakteri enterobacter sakazakii. Sebab, konsumsi susu formula bagi bayi dan anak di bawah usia lima tahun (balita) untuk mengoptimalkan tumbuh kembang relatif tinggi .

"Masyarakat harus berhati-hati dalam membeli produk susu formula dan makanan bayi. Produk pangan yang tercemar enterobacter sakazakii membahayakan kesehatan bayi," kata Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Sri Irawati Susalit.

Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif yang tahan panas dan tidak membentuk spora. Secara klinis, cemaran enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi dan dapat berakibat fatal pada kesehatan bayi dan anak balita.

Pada tahun 2005, World Health Assembly (WHA) menginformasikan pada negara-negara anggota mengenai ada kemungkinan cemaran mikroba enterobact er sakazakii pada susu formula. WHA lalu mengeluarkan resolusi agar Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Badan Pangan dan Agrikultur (FAO) menyiapkan pedoman, pesan dan pelabelan produk tentang penyiapan penyimpanan dan penanganan susu formula.

Belakangan ini ramai diberitakan hasil riset dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut PertanianBogor (IPB) yang dimuat dalam situs IPB bahwa 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. Sampel makanan dan susu formula yang di teliti berasal dari produk lokal. Sejumlah staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang bergabung dalam penelitian ini antara lain Dr Sri Estuningsih, Drh.Hernomoadi Huminto MVS, Dr. I.Wayan T. Wibawan, Dr. Rochman Naim.

Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia ada susu formula dan makanan bayi terkontaminasi E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit. hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian itu. Sangat penting dipahami susu formula bayi bukan produk steril, sehingga penggunaan serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk itu .

Terkait hasil kajian ilmiah itu, Irawati menyatakan Badan POM melakukan pengawasan susu formula secara rutin setiap tahun di semua laboratorium Balai Besar POM di berbagai daerah. "Kami mengawasi susu formula melalui evaluasi premarket sebelum izin edar dan kontrol setelah produk beredar, ujarnya." Pemeriksaan cemaran mikroba merupakan bagian dari pemeriksaan rutin lembaga itu terhadap produk pangan, termasuk susu formula.EVY/kmps

0 komentar: